Ekspor dan impor memiliki dampak yang signifikan terhadap kurs rupiah, begitu kata para ahli ekonomi Indonesia. Menurut Profesor Budi Purnomo dari Universitas Indonesia, “Ekspor dan impor adalah dua faktor utama yang memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara, termasuk Rupiah.”
Dampak dari ekspor dan impor terhadap kurs Rupiah sangat kompleks. Peningkatan ekspor akan cenderung menguatkan nilai Rupiah, karena permintaan terhadap mata uang negara tersebut akan meningkat. Sementara itu, peningkatan impor dapat melemahkan kurs Rupiah, karena membutuhkan mata uang asing untuk membayar barang-barang yang diimpor.
Menurut data Bank Indonesia, pada tahun 2020, ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,6% dan impor turun sebesar 17,6%. Hal ini membuat kurs Rupiah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Dalam situasi seperti ini, Bank Indonesia seringkali harus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Ahli ekonomi lainnya, Dr. Andi Taufan Garuda Putra, menambahkan, “Pemerintah perlu terus mendorong peningkatan ekspor dan mengurangi impor untuk menjaga stabilitas kurs Rupiah.” Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat membantu mengurangi dampak negatif dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian Indonesia.
Dalam konteks globalisasi dan perdagangan bebas, penting bagi Indonesia untuk terus memperhatikan dampak ekspor dan impor terhadap kurs Rupiah. Kebijakan yang tepat dan sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan pelaku ekonomi akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas nilai tukar mata uang Indonesia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam hal ekspor dan impor untuk mengoptimalkan nilai tukar Rupiah. Dengan demikian, perekonomian Indonesia dapat terus berkembang dan bersaing di pasar global.