Peran ekspor dan impor dalam menentukan kekuatan Rupiah memang sangat penting untuk ekonomi Indonesia. Dalam sebuah studi kasus, dapat dilihat bagaimana kedua faktor ini berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang Rupiah.
Menurut Dr. Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), ekspor dan impor memiliki peran yang sangat vital dalam menentukan kekuatan Rupiah. Beliau mengatakan, “Ekspor membantu meningkatkan cadangan devisa negara, sementara impor mempengaruhi pasokan mata uang asing di pasar.”
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sebagian besar devisa negara berasal dari ekspor, terutama komoditas seperti kelapa sawit, kopi, dan tekstil. Sementara itu, impor juga memiliki peran yang tidak kalah penting, terutama dalam menyediakan barang-barang konsumsi dan bahan baku bagi industri dalam negeri.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa fluktuasi harga komoditas ekspor dan impor juga turut memengaruhi nilai tukar Rupiah. Prof. Dr. Chatib Basri, ekonom senior dari Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa “Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas tertentu membuat Rupiah rentan terhadap perubahan harga di pasar global.”
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu terus mendorong diversifikasi ekspor dan impor, serta mengelola dengan baik cadangan devisa negara. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia sebagai negara yang memiliki ekonomi yang tangguh dan berdaya saing di kancah global.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran ekspor dan impor sangatlah penting dalam menentukan kekuatan Rupiah. Dengan kebijakan yang tepat dan strategi yang matang, diharapkan nilai tukar mata uang Rupiah dapat tetap stabil dan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.